::Mahabbah::
Pernahkah terfikir oleh diri ketika pagi hari kita memulai aktiviti, berapa banyak orang yang mendasarkan seluruh aktivitinya atas keredhaan Allah? Setiap kali fikiran itu terlintas sepenuh syukurlah harusnya kita pada Allah bahawa ketika itu dan ketika ini kita masih mendasarkan langkah kita atas redha Allah dan sentiasa berada dalam pengawasanNya.
Satu kenikmatan untuk boleh diizinkan belajar mencintai Allah, belajar menghayati setiap hikmah dari setiap kejadian dari kehendakNya, belajar menikmati pemeliharaanNya,teguran-teguranNya yang seluruhnya adalah bukti cintaNya.Berapa banyak pelajaran yang menjadikan kita dekat kepadaNya,bersandar padaNya dan merasakan pemeliharaanNya pada seluruh makhluk ciptaanNya dan hamba yang terpilih untuk di cintai secara lebih..
Dengan seluruh bukti cintaNya masih adakah ruang yang tersisa untuk yang lain selain Dia???? Yang pasti satu yang nyata.Adalah kebahagiaan untuk dapat membawa seluruh jiwa tunduk pada Allah Rabb Yang Maha di cinta.Seperti tunduknya semesta yang tanpa penolakan sedikit pun.Seperti tunduknya raga yang sebenarnya tidak pernah tunduk pada jiwa.
Teguran untuk diri.Malu rasanya menginjak tanah yang begitu tunduk pada Allah.Malu menginjak rumput,semut yang nyata-nyata jauh lebih tunduk berbanding kita.Akhirnya sudah waktunya untuk membawa diri tunduk patuh pada Allah dengan sebenar-benarnya.Sebuah ketundukan kerana cinta yang benar, cinta yang melingkupi seluruh jiwa dan raga yang tidak menyisihkan tempat sedikitpun untuk yang lain selain Dia.
Sebuah kepatuhan yang ikhlas yang tidak lagi merasakan sebuah pengorbanan sebagai pengorbanan.Kerana tidak ada pengorbanan untuk yang Maha Yercinta.Yang ada hanya keinginan untuk mencintai agar di cintai oleh Sang Pemilik Cinta.Tidak ada pengorbanan dalam dakwah ini yang ada hanyalah keinginan membuktikan cinta.Yang akhirnya sanggup menggeser kesabaran menjadi sebuah kesyukuran bahawa ujian pun kita merasakan itu adalah kerana cintaNya dan sebuah kesempatan untuk membuktikan cinta kita padaNya.
Bukankah kesyukuran yang layaknya dirasakan kerana pada waktu sempitlah kita dapat merasakan kebenaran cintaNya bahawa pertolonganNya amat dekat, kasih-sayangNya begitu indah dan impian berjumpa denganNya adalah sumberkebahagiaan.
Sebuah cinta yang jujur seperti dialog tidak dapat di lupakan antara empat orang tokoh; Rabiah al-Adawiyah, Sufyan al-Thauri, Syaqiq Albikhi, dan Malik bin Dinar ketika Rabiah meminta mereka mendefinisikan kejujuran.
“tidak jujur pengakuan cinta seseorang yang tidak bersabar menahan pukulan tuannya”- Sufyan al-Thauri
“tidak jujur pengakuan seseorang yang tidak bersyukur atas pukulan tuannya” – Syaqiq al-Bikhi
“tidak jujur pengakuan seseorang yang tidak bernikmat-nikmat di pukul tuannya” – Malik bin Dinar
“tidak jujur pengakuan seseorang yang tidak melupakan pukulan ketika menghadap tuannya” _ Rabiah al-Adawiyah
Begitu jujurnya CINTA.Ada yang begitu sabar menahan derita hidup. Ada yang begitu tahan menerima derita dakwah.Dan ada yang begitu syukur dan bahkan menikmati derita sebagai karunia.Semuanya indah terutama pada sang totalis (shahibu tajrid) yang tidak menyedari derita kerana yand ada hanyalah Dia.
Saudaraku marilah mencintai Allah dengan sebenar-benarnya cinta.Mari saling mendoakan agar kita semua terpilih untuk memiliki cinta yang jujur.Semoga Allah mengumpulkan kita semua dalam satu taman yang di sana kita saling bertukar cerita tentang semua pengalaman perang, semua usaha membuktikan kecintaan, dan tentang semua bukti cintaNya
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
0 comments:
Catat Ulasan